Kamis, 29 November 2018

Gunung Gajah di Pemalang

         Saya post ini karena menemukan foto lawas sekitar 1 atau 2 tahunan lalu bersamaa teman himpunan mahasiswa keperawatan, kala itu teman kami bernama Devi sedang melakukan acara tunangan di rumahnya, kala itu kami masih sangat muda belia dan menikmati masa-masa akhir perkuliahan yah semester akhir menjelang penyusan skripsi sih seinget saya. Ada hal yang sedikit berbeda dengan kami hari ini, saudara tak sedarah yang selalu saya gadang-gadangkan pada teman seperorganisasian di zHimpunan Mahasiswa Keperawatan sedikit sudah berbeda. Kami hari ini ini sudah mulai menikmati dunia yang penat dengan kerja, sebenarnya sih bekerja bukan hal yang banget-banget kudu dilakukan buat orang yang baru lulus (jadi ini sekali lagi masalah prioritas ya guys).

Kembali lagi di hari itu kami tim touring dadakan siap dengan motor masing-masing, saya bersama vario on the road (maaf tidak di Endors) kami menikmati jalanan pantura dengan motor matic yang seperti biasa suka terpisah dengan rombongan. Jalanan pantura juga seperti biasa padat merayap, kami juga sempat berhenti di dekat rel pintu masuk kota pemalang sambil ngesot di pinggir jalan. Sebagai makhluk gembel katulistiwa kami nunggunya sambil melempar joke-joke sampah.

Jalanan pemalang yang penuh dengan hutan-hutan pinus dan pegunungan yang suka bikin kangen mendaki, dari jokes itu pula kita memilih beberapa list buat main di Pemalang. Masa dimana semua teman masihlah teman adalah membahagiakan bagi setiap orang.

hallo daratan pemalang

selain itu ternyata saya benar-bear merindukan hamparan hijau yang luas, saya sedikit merindukan jawa tengah, saya rindu budayanya, saya rindu kearifan lokalnya. Langit biru hari itu menjadi saksi betapa bahagianya saya menjadi mahasiswa dengan teman-teman sefrekwensi yang selalu menerima saya apa adanya. Kehidupan desa yang mungkin saya nikmati hanya setahun sekali ketika mudik.

Sebelum sampai kami juga mampir di sebuah rumah makan pekalongan dengan soto Touco yang rasanya kecut dan sangat khas, rasaya ingin kembali di masa-masa itu dimana sekarang saya hanya bisa mengingat rasanya tanpa benar-benar merasakan. Suatu hari semoga Tuhan masih bisa memberikan nikmatnya untuk mengulang saat-sat itu bersama teman yang sama :))

soto taucho

yummy. . .  sungguh nikmat tiada dua, makan rame-rame emang paling enak apalagi kalo dibayarin sayang aja sih itu jaman-jaman kami bokek dan belum punya penghasilan jadi kita bermodal uang bulanan masing-masing. Biar pun begitu tapi rsanya hari hari itu gak bisa dilupain gitu aja.

Sesampainya kami di rumah salah satu teman kami bernama Ana yang bakal jadi basecamp kami selama di Pemalang kita langsung makan dan merealisasikan keinginan kita ke gunung Gajah. Kenapa dikasih nama gunung Gajah padahal katanya itu gunung gede aja kagak tapi disebutnya Gajah padahal kalo ngikutin perspektif orang yang namanya Gajah identik dengan besarnya. Ternyata usut punya usut kalau dilihat dari jauh itu bentuknya kaya Gajah.

Then, ternyata  

perjuangan

kita tetep ketawa tiwi 



Landscape yang terbayar

Hue-hue bye Pemalang